Disadari atau tidak, diakui atau tidak, suka atau tidak, kita telah memasuki kehidupan abad 21 yang penuh dengan kemajuan terutama kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Kehidupan abad 21 ini juga berimbas pada kehidupan bidang pendidikan bagi anak-anak kita.
Perubahan fokus kebijakan pendidikan yang mengarah pada kecakapan abad ke-21 (literasi, kompetensi, dan karakter) diformulasikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud ini kemudian menginisiasi lahirnya Gerakan Indonesia Membaca dan Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Indonesia Membaca melingkupi gerakan literasi di ranah masyarakat dan keluarga, sementara Gerakan Literasi Sekolah mencakup gerakan literasi di lingkungan sekolah.
Pada saat sekarang, ada enam literasi dasar yang sangat penting untuk dikuasai oleh kita, apalagi pada saat sekarang dimana kita sudah memasuki pada kehidupan abad ke-21. Literasi dasar itu mencakup : Litersai Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Finansial, Literasi Digital, Literasi Sain, serta Literasi Budaya dan Kewargaan.
Literasi Baca Tulis. Literasi baca-tulis terkait dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif
dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi bermacam-macam persoalan.
Literasi Numerasi. Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Literasi Finansial. Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
Literasi Digital menurut UNESCO dalam Buku Literasi Digital Keluarga Teori dan Praktik Pendampingan Orangtua terhadap Anak dalam Berinternet disebutkan bahwa literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten atau informasi, dengan kecakapan kognitif, etika, sosial emosional dan aspek teknis atau teknologi.
Literasi Sains. Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016)
Literasi Budaya dan Kewargaan. Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa.
Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan baca-tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik. Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik.
Kebiasaan Membaca Pada Siswa (Dokumen Pribadi)
Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan. Ketika menerima resep obat, dibutuhkan kemampuan untuk memahami petunjuk pemakaian yang diberikan oleh dokter. Jika salah, tentu akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu penguatan serta penanaman gerakan literasi baca dan tulis dalam lingkungan keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Salah satu pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah Tri Pusat Pendidikan. Beliau berpendapat bahwa pendidikan menjadi tanggung jawab bersama tiga komponen yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut harus saling bersinergi untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keluarga merupakan komponen yang pertama dan utama. Berawal dari keluargalah pendidikan bagi generasi bangsa dimulai. Keluarga mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pendidikan, terutama dalam penanaman nilai-nilai karakter bagi anak sebagai generasi penerus bangsa. Dalam keluargalah akan ditanamkan nilai-nilai moral, norma-norma sosial, etika, dan kebiasaan-kebiasaan bagi anak, termasuk pembiasaan dan penanaman literasi baca tulis. Beberapa usaha atau kegiatan yang bisa dilakukan dalam keluarga dalam rangka memperkuat literasi bagi anak-anak adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan waktu khusus untuk kegiatan membaca
Orang tua bisa membuat aturan bagi anak-anaknya dirumah, untuk memanfaatkan waktu tertentu khusus untuk membaca buku, tidak boleh membuka gadget, tidak boleh menonton televisi misalnya. Orang tua membuat aturan misalnya setiap malam dari pukul 18.00 s.d. 20.00 semua anggota keluarga tidak boleh membuka gadget, menonton televisi, dan hanya diperbolehkan untuk membaca buku bersama di ruang keluarga. Setelah itu setiap anggota keluarga diminta untuk menceritakan kepada anggota keluarga yang lain tentang isi buku yang telah dibacanya. Anggota keluarga yang lain bisa saling menanggapi tentang apa yang telah dibaca baik oleh anak, ibu, maupun bapak. Memang sepertinya lucu dan terlalu mengada-ada. Namun bila kebiasaan ini diterapkan dan menjadi kebiasaan dalam keluarga, maka keakraban, kehangatan dalam keluarga bisa terjaga. Hal yang sangat penting yang lainnya adalah anak-anak akan terbiasa untuk dapat mengkritisi semua apa yang didapatnya dari membaca. Anak tidak mudah percaya kepada hal-hal tanpa ditelaah dan dikaji terlebih dahulu. Kebiasaan ini akan menjauhkan dan menjaga anak dari berita-berita yang belum tentu benar atau hoax.
2. Memberikan bingkisan, kado, hadiah berupa buku atau bacaan yang menarik
Secara psikologis, anak akan merasa sayang dan menjaga terhadap pemberian barang atau hadiah dari orang yang dicintainya. Begitu pula pemberian atau bingkisan dari orang tuanya. Bingkisan atau kado biasanya diberikan pada saat ulang tahun atau pada saat anak mendapatkan juara baik juara kelas maupun juara pada perlombaan-perlombaan.
Mengapa tidak, mulai sekarang digalakan dan dibiasakan untuk memberikan bingkisan atau kado berupa buku untuk anak-anak kita?
Bingkisan buku dapat berupa buku cerita, novel, biografi atau komik. Yang terpenting bingkisan berupa buku tersebut akan memberikan kebiasaan dan kegemaran anak untuk membaca buku. Memberikan bingkisan atau kado berupa buku, juga dapat dilakukan kepada tetangga atau saudara kita. Bila hal itu dapat dilakukan mulai dari keluarga dan meluas pada masyarakat, maka budaya gemar membaca buku mudah-mudahan dapat ditanamkan pada masyarakat kita.
3. Mengajak anak-anak untuk berkunjung ke Perpustakaan
Pada saat sekarang, sudah sangat jarang sebuah keluarga yang terdiri atas bapak, ibu dan anak-anaknya untuk berkunjung ke perpustakaan, bahkan bisa dikatakan sangat langka, kalo tidak ingin dikatakan tidak ada. Kita lebih sering melihat keluarga memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan di mal, rumah makan atau tempat wisata lainnya. Padahal kita tahu bahwa perpustakaan merupakan gudang koleksi dan sumber pengetahuam dalam bentuk buku, majalah, serta sumber bacaan yang lain.
Perpustakaan bisa menjadikan sumber inspirasi bagi keluarga, bisa menjadikan tempat untuk refreshing, serta bisa menjadikan anak-anak lebih mengenal buku yang pada akhirnya cinta dan gemar untuk membaca buku. Melalui koleksi buku di perpustakaan, anak akan dibiasakan mencari berbagai sumber informasi yang dibutuhkan. Kebiasaan membaca buku inilah yang akan menjadikan anak memiliki karakter ingin tahu, dan kritis terhadap segala permasalahan. Anak akan terbiasa Tabayun, atau mencari jawaban dan informasi sebelum memutuskan untuk melakukan atau menanggapi sesuatu permasalahan.
Mengapa tidak, mulai sekarang orang tua menjadikan perpustakaan sebagai destinasi tujuan wisata bagi anggota keluarga. Selain murah, bermanfaat, tentunya menambah khazanah pengetahuan anak.
4. Kegiatan membacakan buku cerita untuk anak
Pada saat ini dimana gadget sudah seperti barang kebutuhan sehari-hari, sudah sangat jarang atau bahkan tidak ada, seorang ibu yang menidurkan anaknya dengan mendongeng atau membacakan buku cerita. Kebiasaan itu mungkin sudah menjadi cerita masa lalu. Pada saat sekarang, mungkin orang tua akan menghantarkan anaknya tidur dengan diputarkan musik melalui gadget. Padahal kebiasaan membacakan buku oleh orang tua untuk anak-anaknya akan memberikan pengaruh positif kepada anak. Anak akan terbiasa mendengarkan orang lain berbicara, dan itu merupakan nilai karakter menghargai pendapat orang lain. Melalui mendengarkan bacaan buku, anak akan terasah daya imajinasinya dan melatih respon otak untuk menjadi kritis. Membacakan buku cerita kepada anak, juga merupakan langkah memperkenalkan buku kepada anak yang pada akhirnya anak akan merasa cinta dengan buku dan memperkuat kebiasaan berliterasi, terutama literasi baca tulis.
Memperkenalkan buku pada anak sejak dini, akan membangun kebiasaan yang baik dalam mengembangkan pengetahuan dan membuat anak kaya akan kosa kata dan pada akhirnya anak menjadi pandai dalam menulis dan membaca dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. (Kemendikbud, 2019)
Seperti pendapat dari Hendrik Efriyadi, dalam artikel yang berjudul Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini yang dimuat dalam situs Sahabat Keluarga, menuliskan bahwa membaca akan membuat anak lebih kaya perbendaharaan kosakata, memperlancar kemampuan berbicara, menambah pengetahuan di luar yang diajarkan orangtua dan lingkungan, menambah motivasi, meningkatkan kreativitas dan satu lagi, dengan membaca akan mempengaruhi karakter anak. Sebaliknya, anak-anak yang kesehariannya hanya diisi dengan menonton televisi dan bermain game, mereka akan berpotensi besar tumbuh menjadi anak yang manja, egois dan individualis.
Uraian diatas menunjukan betapa pentingnya pembiasaan literasi bagi anak-anak yang dapat dimulai dalam lingkungan yang pertama dan utama, yaitu lingkungan keluarga.
Fakta menunjukan bahwa Negara-negara maju di dunia, salah satunya adalah ditunjukan dengan kebiasaan literasi terutama baca buku warga negaranya yang tinggi. Negara maju biasanya ditunjang dan ditunjukan dengan warga negaranya yang literat.
Betapa penting dan utamanya peran keluarga untuk membangun Bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang literat yang akan membawa Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju. Semoga. #SahabatKeluarga, #LiterasiKeluarga
Kepustakaan :
Efriyandi, Hendrik (2018). Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4762 Diakses : 5 September 2019, 8:27 PM
Kemendikbud. (2019). Menumbuhkan Minat Baca Anak Seri Pendidikan Orang Tua. Jakarta
Kurnia, Novi. (2017). Literasi Digital Keluarga Teori dan Praktik Pendampingan Orangtua terhadap Anak dalam Berinternet. Center For Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
OECD (2016), PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading, Mathematic and FinancialLiteracy, PISA
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga